Tuesday, 7 January 2014

The Dead Sea Scrolls

Iluminasi di balik Ketidakpastian
 Penemuan “Gulungan Laut Mati” di Qumran


Pengantar
Naskah asli Kitab Suci yang paling tua baru-baru ini ditemukan kembali di Padang Gurun Yudea (Palestina) di dekat suatu tempat yang disebut Qumran yang terletak di dekat Laut Mati oleh seorang dari suku Baduin yang secara tidak sengaja masuk ke salah satu gua karena hendak mencari kambingnya yang hilang. Di dalam gua itu, ditemukan gulungan-gulungan kitab yang dituliskan dalam papirus dan selanjutnya dikenal sebagai “Gulungan Laut Mati”. Di antara gulungan-gulungan yang disembunyikan itu, ada juga beberapa naskah Kitab Suci.[1]
Pada zaman Yesus, di Qumran menetap sebuah jemaat orang Yahudi (Jemaat Qumran) yang menyendiri dengan cara hidup yang ketat sekali. Jemaat Qumran diperkirakan adalah sekelompok orang Esseni yang hidupnya ketat dengan menjalankan kebaikan dan perintah-perintah Allah. Cara hidup orang Esseni sangat mirip dengan Jemaat Kristen Purba di Yerusalem.[2] Di dalam komunitas ini, Taurat Musa dijunjung tinggi dan para anggotanya percaya pada penyelenggaraan ilahi dan keabadian jiwa serta menjalankan askese yang ketat.[3] Pada waktu rumah-rumahnya dihancurkan oleh tentara Roma sekitar tahun 70 M, anggota-anggota jemaat itu menyembunyikan naskah-naskahnya dalam gua-gua di sekitarnya. Di situ terpelihara sampai ditemukan kembali sekitar tahun 1947-1956 dan saat ini disimpan dalam Museum Shrine of the Book di Yerusalem Barat dan juga Museum Palestina di Yerusalem Timur.[4]

Isi “Gulungan Laut Mati”
Sejumlah naskah yang ditemukan di Qumran ada yang rusak atau hanya tinggal kepingan-kepingan, akan tetapi ada juga sejumlah naskah yang hampir utuh seperti Kitab Yesaya, Samuel, Habakuk, Taurat Musa dan Mazmur. Bahasa yang digunakan dalam “Gulungan Laut Mati” tersebut antara lain Bahasa Ibrani (bahasa sehari-hari orang setempat), Aram dan Yunani. Beberapa sarjana telah mencoba membaca, meneliti, menerjemahkan dan menjelaskan isi dari “Gulungan Laut Mati” setelah penemuan besar itu. Beberapa interpretasi yang dijelaskan oleh para sarjana ternyata memunculkan dua hal yang saling berlawanan, yaitu ketidakpastian-ketidakpastian terhadap hasil penelitian dan juga iluminasi atau pencerahan bagi kehidupan umat Kristen pada masa kini.

Ketidakpastian
Penemuan “Gulungan Laut Mati” tidak serta merta menghilangkan misteri yang melingkupinya, sebab naskah-naskah yang telah ditemukan, dibaca, diterjemahkan dan dijelaskan oleh para sarjana, masih terdapat beberapa wilayah ketidakpastian yang sangat luas. Dengan kata lain, semua dokumen yang ditemukan belum dapat seluruhnya dijelaskan dan diterima secara pasti oleh semua orang. Salah satu contoh ketidakpastian dari penemuan “Gulungan Laut Mati” ialah hubungan antara Jemaat Qumran dengan Yesus Kristus dan Umat Kristen pada zaman itu. Apakah benar bahwa Jemaat Qumran yang menjalankan hidup kesucian, mendedikasikan kesucian mereka pada sosok Yesus Kristus atau ada sosok lain yang dimaksud?
Ketidakpastian yang ditemukan adalah perbedaan-perbedaan cara hidup mereka dengan Yesus Kristus yang disimpulkan oleh para sarjana. Jemaat Qumran hidup dengan mengasingkan diri, sedangkan Yesus tidak. Selain itu, Jemaat Qumran mengajarkan bahwa anggota-anggotanya harus membenci orang lain dan hanya mencintai sesama anggotanya, sementara Yesus menekankan cinta kasih sejati kepada semua orang. Dari beberapa ketidakpastian tersebut, munculah interpretasi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, seluruh daya dan upaya manusiawi yang telah dikerahkan oleh para sarjana maupun para peneliti “Gulungan Laut Mati”, hanya dapat menghasilkan kesimpulan yang bersifat tidak pasti.[5]

Iluminasi bagi umat Kristen di balik ketidakpastian
Di balik ketidakpastian informasi yang dapat dijelaskan, penemuan “Gulungan Laut Mati” tetap memberikan dampak yang besar bagi Umat Kristen maupun Yahudi pada zaman ini karena menunjukkan gambaran latar belakang tentang salah satu aspek dunia religius yakni kedatangan sang Mesias, Yesus Kristus. Bagi orang Kristen maupun Yahudi, Palestina abad pertama Masehi merupakan negeri para leluhur. Oleh sebab itu, meskipun telah berusia lebih dari dua ribu tahun, “Gulungan Laut Mati” masih sangat berbicara kepada kita yang hidup di zaman ini.
 Gulungan-gulungan tersebut juga telah membantu kita mengolah kesadaran akan kompleksitas historis dari matriks Yudaisme dan Kekristenan awal. Isi dari keseluruhan “Gulungan Laut Mati” menunjukkan beberapa kemiripan dengan Perjanjian Baru, yakni keyakinan bahwa maksud-maksud Allah hendak disampaikan kepada mereka yang menerima ajaran-ajaran tertentu.[6]
Dari penemuan “Gulungan Laut Mati”, diketahui bahwa Kekristenan awal bukanlah suatu hibrid dari Yudaisme dan Hellenisma, melainkan berakar di negeri Palestina. Bagi kita, orang Kristen, gulungan-gulungan tersebut merupakan surat dari rumah yang pernah hilang entah di mana. Ketika menceritakan tentang nenek moyang kita, Jemaat Qumran mencoba untuk memikat kita supaya kita mendengarkan pesan mereka yang diyakini mengarah ke keselamatan.
Penemuan “Gulungan Laut Mati” juga merupakan sebuah kontribusi yang sangat penting bagi umat Kristen, karena jumlah manuskrip biblikal yang cukup banyak di dalamnya yang menunjukkan bahwa gulungan-gulungan tersebut merupakan saksi bagi kultur literer yang luar biasa kaya dan subur yang kemudian melahirkan berbagai dokumen religius dasar dari Yudaisme dan Kekristenan. Sampai penememuan tersebut, naskah-naskah tertua yang tertulis dalam Bahasa Ibrani digandakan oleh para ahli kitab Yahudi yang juga disebut Massoretes dari abad ke-9 sampai abad ke-10.[7]
Selama berabad-abad, umat Kristen meyakini kehadiran Yesus Kristus di dunia merupakan awal Perjanjian Baru, di mana Allah hendak merealisasikan karya keselamatan-Nya ke semua manusia. Dengan adanya penemuan “Gulungan Laut Mati”, latar belakang kehidupan Yesus Kristus dalam kehidupan Jemaat Qumran semakin diperjelas. Dengan demikian, penemuan besar ini menjadi semacam iluminasi bagi Umat Kristen yang hidup di zaman ini.

Kesimpulan
                Penemuan “Gulungan Laut Mati” di Qumran merupakan salah satu penemuan besar bagi kehidupan Umat Kristen pada saat ini. Keterbatasan manusiawi para sarjana yang telah berusaha membaca, meneliti dan menjelaskan isi penemuan besar tersebut memang membuat beberapa hal menjadi belum jelas atau belum dapat diterima oleh semua golongan. Akan tetapi, Umat Kristen paling tidak telah tercerahkan dengan adanya penemuan tersebut terkait dengan kehidupan iman Kristiani. Bentuk-bentuk pencerahan tersebut antara lain: Menunjukkan gambaran latar belakang tentang salah satu aspek dunia religius yakni kedatangan Sang Mesias, membantu mengolah kesadaran akan kompleksitas historis dari matriks Yudaisme dan Kekristenan awal, menunjukkan bahwa gulungan-gulungan tersebut merupakan saksi bagi kultur literer yang luar biasa kaya dan subur yang kemudian melahirkan berbagai dokumen religius dasar dari Yudaisme dan Kekristenan.
                Sebagai orang Kristen, keterbatasan manusiawi justru membuat kita semakin dekat dengan yang transenden yakni Sabda Allah yang hendak diwartakan oleh manusia. Jemaat Qumran telah mencoba menangkap warta tersebut dan bersaksi melalui tulisan “Gulungan Laut Mati” dan memberikan pencerahan bagi umat Kristen pada zaman ini.






Daftar Pustaka:

Gartner, Bertil. 1965. The Temple and the Community in Qumran and the New Testament. London: Cambridge University Press. 

Groenen, C. 1992. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama.  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.                

Kristiyanto, Eddy. 2002. Gagasan yang Menjadi Peristiwa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rubianto Solichin, Vitus. 2013. “Tulisan-tulisan Yahudi-Kristen di Luar Alkitab” dalam Diktat Kuliah Pengantar Hermeneutika Perjanjian Baru. Jakarta: Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Hlm. 4.

Wise, M O dkk. 2008. Naskah Laut Mati. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Teks Asli dalam Bahasa Inggris “The Dead Sea Scrolls”. 2005. San Francisco: HarperSanFrancisco.



Sumber-sumber lain:

Associates for Biblical Research. 1997.  What is the Importance of the Dead Sea Scrolls http://christiananswers.net/q-abr/abr-a023.html. (Diakses tanggal 1 September 2013 pukul 16.40 WIB)

“Hubungan Jemaat Qumran dengan Perjanjian Baru” dalam artikel Sejarah Alkitab Indonesia.    http://sejarah.co?artikel/qumran.htm (Diakses tanggal 2 September 2013 pukul 13.00        WIB)

The Dead Sea Scrolls (Discovery of the Scrolls). http:/www.infoplease.com/ipa/A0193627.html (Diakses tanggal 1 September 2013 pukul 16.00 WIB)





[1] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992, hlm. 20.
[2] Bertil Gartner, The Temple and the Community in Qumran and the New Testament, London: Cambridge University Press, 1965, hlm. 4.
[3] Eddy Kristiyanto, Gagasan yang Menjadi Peristiwa, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002, hlm. 19.
[4] Vitus Rubianto Solichin, “Tulisan-tulisan Yahudi-Kristen di Luar Alkitab” dalam Diktat Kuliah Pengantar   Hermeneutika Perjanjian Baru, Jakarta: Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, 2013, hlm. 4.
[5] Anonim,  “The Dead Sea Scrolls (Discovery of the Scrolls)”,  http:/www.infoplease.com/ipa/A0193627.html.
[6] M O Wise, dkk, Naskah Laut Mati, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008, hlm 67-68. Teks Asli dalam Bahasa Inggris “The Dead Sea Scrolls”, San Francisco: HarperSanFrancisco, 2005
[7] Associates for Biblical Research, 1997,  What is the Importance of the Dead Sea Scrolls? http://christiananswers.net/q-abr/abr-a023.html.  

No comments:

Post a Comment