Iluminasi
di balik Ketidakpastian
Penemuan “Gulungan Laut Mati” di Qumran
Pengantar
Naskah asli Kitab Suci yang paling tua baru-baru ini
ditemukan kembali di Padang Gurun Yudea (Palestina) di dekat suatu tempat yang
disebut Qumran yang terletak di dekat Laut Mati oleh seorang dari suku Baduin
yang secara tidak sengaja masuk ke salah satu gua karena hendak mencari
kambingnya yang hilang. Di dalam gua itu, ditemukan gulungan-gulungan kitab
yang dituliskan dalam papirus dan selanjutnya dikenal sebagai “Gulungan Laut
Mati”. Di antara gulungan-gulungan yang disembunyikan itu, ada juga beberapa
naskah Kitab Suci.[1]
Pada zaman Yesus, di Qumran menetap sebuah jemaat
orang Yahudi (Jemaat Qumran) yang menyendiri dengan cara hidup yang ketat
sekali. Jemaat Qumran diperkirakan adalah sekelompok orang Esseni yang hidupnya
ketat dengan menjalankan kebaikan dan perintah-perintah Allah. Cara hidup orang
Esseni sangat mirip dengan Jemaat Kristen Purba di Yerusalem.[2] Di
dalam komunitas ini, Taurat Musa dijunjung tinggi dan para anggotanya percaya
pada penyelenggaraan ilahi dan keabadian jiwa serta menjalankan askese yang
ketat.[3] Pada
waktu rumah-rumahnya dihancurkan oleh tentara Roma sekitar tahun 70 M,
anggota-anggota jemaat itu menyembunyikan naskah-naskahnya dalam gua-gua di
sekitarnya. Di situ terpelihara sampai ditemukan kembali sekitar tahun 1947-1956
dan saat ini disimpan dalam Museum Shrine
of the Book di Yerusalem Barat dan juga Museum
Palestina di Yerusalem Timur.[4]
Isi “Gulungan
Laut Mati”
Sejumlah naskah yang ditemukan di
Qumran ada yang rusak atau hanya tinggal kepingan-kepingan, akan tetapi ada
juga sejumlah naskah yang hampir utuh seperti Kitab Yesaya, Samuel, Habakuk,
Taurat Musa dan Mazmur. Bahasa yang digunakan dalam “Gulungan Laut Mati”
tersebut antara lain Bahasa Ibrani (bahasa sehari-hari orang setempat), Aram
dan Yunani. Beberapa sarjana telah mencoba membaca, meneliti, menerjemahkan dan
menjelaskan isi dari “Gulungan Laut Mati” setelah penemuan besar itu. Beberapa
interpretasi yang dijelaskan oleh para sarjana ternyata memunculkan dua hal
yang saling berlawanan, yaitu ketidakpastian-ketidakpastian terhadap hasil
penelitian dan juga iluminasi atau pencerahan bagi kehidupan umat Kristen pada
masa kini.
Ketidakpastian
Penemuan “Gulungan Laut Mati”
tidak serta merta menghilangkan misteri yang melingkupinya, sebab naskah-naskah
yang telah ditemukan, dibaca, diterjemahkan dan dijelaskan oleh para sarjana,
masih terdapat beberapa wilayah ketidakpastian yang sangat luas. Dengan kata
lain, semua dokumen yang ditemukan belum dapat seluruhnya dijelaskan dan
diterima secara pasti oleh semua orang. Salah satu contoh ketidakpastian dari
penemuan “Gulungan Laut Mati” ialah hubungan antara Jemaat Qumran dengan Yesus
Kristus dan Umat Kristen pada zaman itu. Apakah benar bahwa Jemaat Qumran yang
menjalankan hidup kesucian, mendedikasikan kesucian mereka pada sosok Yesus Kristus
atau ada sosok lain yang dimaksud?
Ketidakpastian yang ditemukan
adalah perbedaan-perbedaan cara hidup mereka dengan Yesus Kristus yang
disimpulkan oleh para sarjana. Jemaat Qumran hidup dengan mengasingkan diri,
sedangkan Yesus tidak. Selain itu, Jemaat Qumran mengajarkan bahwa
anggota-anggotanya harus membenci orang lain dan hanya mencintai sesama
anggotanya, sementara Yesus menekankan cinta kasih sejati kepada semua orang. Dari
beberapa ketidakpastian tersebut, munculah interpretasi yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu, seluruh daya dan upaya manusiawi yang telah dikerahkan oleh para
sarjana maupun para peneliti “Gulungan Laut Mati”, hanya dapat menghasilkan
kesimpulan yang bersifat tidak pasti.[5]
Iluminasi bagi
umat Kristen di balik ketidakpastian
Di balik ketidakpastian informasi
yang dapat dijelaskan, penemuan “Gulungan Laut Mati” tetap memberikan dampak
yang besar bagi Umat Kristen maupun Yahudi pada zaman ini karena menunjukkan
gambaran latar belakang tentang salah satu aspek dunia religius yakni kedatangan
sang Mesias, Yesus Kristus. Bagi orang Kristen maupun Yahudi, Palestina abad
pertama Masehi merupakan negeri para leluhur. Oleh sebab itu, meskipun telah
berusia lebih dari dua ribu tahun, “Gulungan Laut Mati” masih sangat berbicara
kepada kita yang hidup di zaman ini.
Gulungan-gulungan tersebut juga telah membantu
kita mengolah kesadaran akan kompleksitas historis dari matriks Yudaisme dan
Kekristenan awal. Isi dari keseluruhan “Gulungan Laut Mati” menunjukkan
beberapa kemiripan dengan Perjanjian Baru, yakni keyakinan bahwa maksud-maksud
Allah hendak disampaikan kepada mereka yang menerima ajaran-ajaran tertentu.[6]
Dari penemuan “Gulungan Laut
Mati”, diketahui bahwa Kekristenan awal bukanlah suatu hibrid dari Yudaisme dan
Hellenisma, melainkan berakar di negeri Palestina. Bagi kita, orang Kristen,
gulungan-gulungan tersebut merupakan surat dari rumah yang pernah hilang entah
di mana. Ketika menceritakan tentang nenek moyang kita, Jemaat Qumran mencoba
untuk memikat kita supaya kita mendengarkan pesan mereka yang diyakini mengarah
ke keselamatan.
Penemuan “Gulungan Laut Mati” juga
merupakan sebuah kontribusi yang sangat penting bagi umat Kristen, karena
jumlah manuskrip biblikal yang cukup banyak di dalamnya yang menunjukkan bahwa
gulungan-gulungan tersebut merupakan saksi bagi kultur literer yang luar biasa
kaya dan subur yang kemudian melahirkan berbagai dokumen religius dasar dari
Yudaisme dan Kekristenan. Sampai penememuan tersebut, naskah-naskah tertua yang
tertulis dalam Bahasa Ibrani digandakan oleh para ahli kitab Yahudi yang juga
disebut Massoretes dari abad ke-9 sampai abad ke-10.[7]
Selama berabad-abad, umat Kristen
meyakini kehadiran Yesus Kristus di dunia merupakan awal Perjanjian Baru, di
mana Allah hendak merealisasikan karya keselamatan-Nya ke semua manusia. Dengan
adanya penemuan “Gulungan Laut Mati”, latar belakang kehidupan Yesus Kristus
dalam kehidupan Jemaat Qumran semakin diperjelas. Dengan demikian, penemuan
besar ini menjadi semacam iluminasi bagi Umat Kristen yang hidup di zaman ini.
Kesimpulan
Penemuan “Gulungan Laut
Mati” di Qumran merupakan salah satu penemuan besar bagi kehidupan Umat Kristen
pada saat ini. Keterbatasan manusiawi para sarjana yang telah berusaha membaca,
meneliti dan menjelaskan isi penemuan besar tersebut memang membuat beberapa
hal menjadi belum jelas atau belum dapat diterima oleh semua golongan. Akan
tetapi, Umat Kristen paling tidak telah tercerahkan dengan adanya penemuan
tersebut terkait dengan kehidupan iman Kristiani. Bentuk-bentuk pencerahan
tersebut antara lain: Menunjukkan gambaran latar belakang tentang salah satu
aspek dunia religius yakni kedatangan Sang Mesias, membantu mengolah kesadaran
akan kompleksitas historis dari matriks Yudaisme dan Kekristenan awal, menunjukkan
bahwa gulungan-gulungan tersebut merupakan saksi bagi kultur literer yang luar
biasa kaya dan subur yang kemudian melahirkan berbagai dokumen religius dasar
dari Yudaisme dan Kekristenan.
Sebagai
orang Kristen, keterbatasan manusiawi justru membuat kita semakin dekat dengan
yang transenden yakni Sabda Allah yang hendak diwartakan oleh manusia. Jemaat
Qumran telah mencoba menangkap warta tersebut dan bersaksi melalui tulisan
“Gulungan Laut Mati” dan memberikan pencerahan bagi umat Kristen pada zaman ini.
Daftar Pustaka:
Gartner, Bertil. 1965. The Temple and the Community in Qumran and
the New Testament. London: Cambridge University Press.
Groenen, C.
1992. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kristiyanto,
Eddy. 2002. Gagasan yang Menjadi
Peristiwa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rubianto Solichin, Vitus. 2013. “Tulisan-tulisan
Yahudi-Kristen di Luar Alkitab” dalam Diktat
Kuliah Pengantar Hermeneutika Perjanjian Baru. Jakarta: Sekolah Tinggi
Filsafat Driyarkara. Hlm. 4.
Wise, M O dkk. 2008. Naskah Laut Mati. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta. Teks Asli dalam Bahasa Inggris “The Dead Sea Scrolls”. 2005. San
Francisco: HarperSanFrancisco.
Sumber-sumber lain:
Associates for Biblical Research.
1997. What is the Importance of the Dead Sea Scrolls http://christiananswers.net/q-abr/abr-a023.html. (Diakses tanggal 1 September 2013 pukul 16.40 WIB)
“Hubungan
Jemaat Qumran dengan Perjanjian Baru” dalam artikel Sejarah Alkitab Indonesia. http://sejarah.co?artikel/qumran.htm (Diakses
tanggal 2 September 2013 pukul 13.00 WIB)
The Dead Sea Scrolls (Discovery
of the Scrolls). http:/www.infoplease.com/ipa/A0193627.html (Diakses tanggal 1 September 2013 pukul 16.00 WIB)
[1]
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian
Lama, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992, hlm. 20.
[2] Bertil Gartner, The
Temple and the Community in Qumran and the New Testament, London: Cambridge
University Press, 1965, hlm. 4.
[3] Eddy
Kristiyanto, Gagasan yang Menjadi
Peristiwa, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002, hlm. 19.
[4] Vitus
Rubianto Solichin, “Tulisan-tulisan Yahudi-Kristen di Luar Alkitab” dalam Diktat Kuliah Pengantar Hermeneutika Perjanjian Baru, Jakarta:
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, 2013, hlm. 4.
[5] Anonim,
“The Dead Sea Scrolls (Discovery of the
Scrolls)”, http:/www.infoplease.com/ipa/A0193627.html.
[6] M O
Wise, dkk, Naskah Laut Mati, Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008, hlm 67-68. Teks Asli dalam Bahasa Inggris “The
Dead Sea Scrolls”, San Francisco: HarperSanFrancisco, 2005
[7] Associates
for Biblical Research, 1997, What is the Importance of the Dead Sea
Scrolls? http://christiananswers.net/q-abr/abr-a023.html.
No comments:
Post a Comment